Advertisement
.jpg) |
| Source Wikipedia.com |
Mediamutau.info Mengenang era keemasan sinetron pada tahun 90-an, satu nama yang tak lekang oleh waktu adalah Sindy Dewiana, yang menghidupkan karakter Saraswati atau Saras 008. Namun, perjalanan hidupnya tak sekadar terpaku pada sorotan layar kaca. Kini, Sindy Dewiana menjelajahi jalan yang jarang terjamah, dari panggung hiburan menuju panggung seni budaya di Norwegia.
Berpakaian sopan dengan hijab yang menutupi, Sindy Dewiana telah menemukan panggilan barunya jauh dari keriuhan dunia hiburan. Di tanah Norwegia, dia bukan lagi sosok aktor yang disorot kamera, melainkan seorang pelatih senam dan penjaga keaslian tarian tradisional Indonesia.
Jika dulu kehidupannya diramaikan dengan panggilan "aktris", kini Sindy lebih memilih disebut "ibu" dan "pelatih". Peran barunya sebagai seorang ibu rumah tangga tidak terlepas dari tragedi yang menghantamnya di masa lalu, kehilangan anak pertamanya akibat penyakit yang langka. Dari situlah, Sindy memilih untuk mengabdikan diri pada keluarga dan mengarahkan bakatnya pada senam, membimbing generasi muda Norwegia dengan kepiawaian dan kecintaannya pada budaya Indonesia.
Meski terpisah jauh dari sorotan layar kaca, jejak Sindy Dewiana tak lekang oleh waktu. Bahkan di benua yang jauh dari Indonesia, di Perth, Australia, jejaknya tetap dikenal. Ada yang mengenali dan meminta Sindy untuk menunjukkan pose-pose superhero yang melegenda dari masa lalunya.
Dari remang-remang layar kaca hingga ruang terbuka di Norwegia, Sindy Dewiana telah membuktikan bahwa semangatnya dalam memelihara kebudayaan tak pernah surut. Meskipun kini lebih sering ditemui di studio senam daripada di set film, dia tetap menjadi inspirasi bagi banyak orang, membawa pesan bahwa perubahan tak selalu berarti menghilangkan akar budaya.
