Translate

HikmahIslamKajianReligiSufi

Orang Paling Bodoh: Refleksi Ibn Ata'illah As-Sakandari

30 April 2024, 11:08 AM WIB
Advertisement

 





    Hallo sobat Mediamutau,Manusia adalah makhluk paling sempurna karena pada awal penciptaannya manusia di bekali akal oleh Tuhan. 


Manusia memiliki kedudukan khusus dalam penciptaan karena pemberian akal atau kemampuan berpikir oleh Tuhan. Akal ini memungkinkan manusia untuk memahami, merenungkan, dan membuat keputusan yang berdasarkan pertimbangan daripada insting semata.

Akal dalam Islam adalah Sesuatu yang di anggap penting karena Akal lah yang akan menentukan sah atau tidaknya suatu ibadah.


Ibn Arabi, salah satu sufi terkenal, menganggap Akal sebagai hal yang paling penting dalam pemikiran sufi. Ia berpendapat bahwa pengetahuan muncul dari fungsi timbal balik antara akal dan hati serta integrasi keduanya. Tujuan sufi adalah untuk mencapai pencerahan dengan ketenangan dan pengalaman spiritual tanpa kehilangan.


Olehnya eksistensi akal haruslah pada sebuah titik yang tidak mampu di intervensi oleh apapun dalam mencapai titik yang di namakan kebenaran.


Ibnu athoillah mengatakan  dalam kitab Hikam 


أجهل الناس من ترك يقين ما عنده لظن ما عند الناس


 "Orang paling bodoh adalah mereka yang meninggalkan keyakinan yang dimilikinya hanya karena mengikuti prasangka orang lain," 


Ungkapan ini bukan sekadar maqolah yang diucapkan, melainkan sebuah ajakan untuk merenungkan esensi dari keyakinan dan posisinya dalam kehidupan manusia.



Kepastian adalah keyakinan yang kokoh yang tidak goyah oleh keraguan dan ilusi, sementara prasangka adalah asumsi yang mungkin berasal dari keraguan dan kurangnya pengetahuan. Ibn Ata'illah mengajarkan kepada kita bahwa kepastian adalah harta yang tak ternilai, dan mengabaikannya karena prasangka orang lain adalah puncak kebodohan.




Hikmah ini menunjukkan pentingnya kepercayaan diri dan keyakinan pribadi. Seseorang yang percaya pada kepastiannya tidak akan membiarkan prasangka eksternal menggoyahkan keyakinannya. Kepercayaan ini adalah perisai yang melindungi individu dari fluktuasi opini publik dan ide-ide yang berubah-ubah.




Ibn Ata'illah mendorong kita untuk memiliki kemandirian intelektual dan tidak bergantung pada pendapat orang lain sebagai dasar keyakinan kita. Hikmah ini mengajak kita untuk mencari kebenaran sendiri dan tidak puas dengan informasi yang disajikan kepada kita.




Pada akhirnya, hikmah ini mengajarkan kepada kita bahwa kepastian adalah perjalanan berkelanjutan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri dan alam semesta. Dan bahwa kebodohan bukan hanya terletak pada kurangnya pengetahuan, tetapi juga pada meninggalkan kepastian yang kita miliki demi prasangka yang tidak berdasar.


Salam Redaksi 

Ws